
Isco dari Real Betis dalam sesi latihan menjelang final Conference League antara Real Betis dan Chelsea di Wroclaw, Polandia, Selasa, 27 Mei 2025 (c) AP Photo/Petr Josek
Bola.net – Pada suatu malam di kota Madrid, tepatnya 10 Juni 2019, Isco mengenakan kostum merah La Furia Roja untuk terakhir kalinya. Spanyol menang meyakinkan atas Swedia dalam laga kualifikasi Euro di Santiago Bernabeu.
Namun, di balik skor 3-0 itu, sebuah perpisahan diam-diam terjadi. Sejak malam itu, nama Isco perlahan menghilang dari radar sepak bola internasional.
Enam tahun kemudian, jarum jam seakan berputar kembali. Isco, kini menjadi maestro lapangan tengah Real Betis, kembali mendapat panggilan membela Timnas Spanyol. Luis de la Fuente menyelipkan namanya dalam skuad untuk final four UEFA Nations League — sebuah kepercayaan yang datang di momen krusial, saat Spanyol bersiap menantang Prancis di semifinal, 5 Juni mendatang di Stuttgart.
Real Betis, Titik Balik yang Mengubah Segalanya
Kisah kembalinya Isco bukan hasil dari kebetulan. Setelah masa kelam di penghujung kariernya di Real Madrid, Isco mencoba membangun kembali dirinya. Sevilla sempat menjadi pelabuhan singkat, tapi justru di sisi lain kota, Benito Villamarin memberikan ruang bagi kelahiran kembali sang playmaker.
Bersama Manuel Pellegrini di Real Betis, Isco menemukan kembali esensi permainannya: kontrol bola, visi, dan kreativitas. Dalam balutan hijau Betis, dia kembali menikmati sepak bola. “Bisa kembali membela tim nasional berarti segalanya berjalan ke arah yang benar,” ucap Isco, penuh makna, kepada media klub.
Usianya sudah memasuki 33 tahun, tapi semangatnya seperti anak muda yang baru dipanggil timnas untuk kali pertama. Performanya memang menunjukkan demikian.
Isco Bangkit dari Cedera, Menjawab Rasa Ragu
Debut musimnya bersama Betis begitu menjanjikan: 36 laga, sembilan gol, delapan assist. Klub tak ragu mengikatnya hingga 2027. Namun, saat dunia menantikan kehadirannya di Euro 2024, petaka datang: cedera patah tulang fibula memaksanya absen lama.
Dua operasi dan masa pemulihan yang panjang tak menghentikan tekadnya. Desember menjadi titik awal kebangkitan baru. Dalam hitungan pekan, dia kembali ke performa terbaik. Paruh kedua musim menjadi panggung pembuktian. Betis melonjak dari papan tengah hingga finis di zona Liga Europa.
“Ini saat yang tepat untuk Isco kembali,” kata De la Fuente, seperti dilansir AFP. “Dia akan memberi kontribusi besar. Kalau tidak, dia takkan berada di sini.” Kalimat tegas itu mematahkan semua keraguan.
Catatannya musim ini pun luar biasa: 12 gol dan 10 assist dari 32 penampilan, serta kontribusi besar membawa Betis mencapai final UEFA Conference League — final Eropa pertama mereka sepanjang sejarah.
Isco, Nama yang Tak Pernah Habis Ditulis
Kisah Isco selalu memiliki alur naik dan turun. Lahir dari akademi Valencia, bersinar di Malaga, lalu menjadi bagian dari generasi emas Real Madrid dengan lima trofi Liga Champions. Namun, kejayaan itu tak mampu menutupi fase gelap 2019-2022, saat namanya nyaris tenggelam.
Kegagalan pindah ke Union Berlin dan setengah tahun tanpa klub bisa saja menjadi akhir. Akan tetapi, Real Betis memberinya kesempatan kedua dan dia membalas dengan aksi-aksi magis di atas lapangan.
Isco bakal kembali berdiri di pentas internasional, bukan sebagai nostalgia masa lalu, melainkan sebagai simbol dari apa yang bisa dicapai ketika seorang pemain tak menyerah pada cerita yang belum selesai. Dalam sepak bola, seperti dalam hidup, ada ruang bagi mereka yang berani bangkit dan menulis ulang takdirnya.